Gambar dan Nama Pakaian Adat dari Sumatera Barat - Sempat disinggung pada artikel sebelumnya mengenai tari lilin Sumatera Barat yang juga mengenakan busana adat dan tradisi dari Sumatera Barat. Kali ini khusus untuk Sobat kita akan mengenal beberapa pakaian adat dari Provinsi Sumatera Barat.
Pada umumnya Gambar dan Pakaian adat dari Sumatera Utara yang dikenal dikalangan masyarakat terdiri dari Pakaian adat pengantin (Busana Pengantin), Busana Tradisional Wanita dan Busana Tradisional Pria.
1. Gambar dan Nama Pakaian Adat Sumatera Barat - Busana Pengantin
Pakaian adat yang dipergunakan oleh mempelai (pengantin) di Sumatera Barat memiliki beberapa variasi. Perbedaan ini berdasarkan pada pembagian beberapa adat nagari di Sumatra barat.
- Busana pengantin kota Bukittinggi dan kabupaten Agam
- Busana pengantin kota Padang dan sekitarnya
Selengkapnya : http://www.tradisikita.my.id/2015/03/gambar-nama-pakaian-adat-sumatera-barat.html#ixzz41AuLmlSw
Follow us: @kangdede on Twitter | dede.mahmud on Facebook
2. Gambar dan Nama Pakaian Adat Sumatera Barat - Busana Tradisional
a. Pakaian Adat Tradisional Wanita Sumatera Barat
Pakaian adat tradisional Sumatera Barat yang dipergunakan oleh wanita disebut dengan Limpapeh rumah nan gadang, yang terdiri dari :
- Baju Batabue (Baju Bertabur)
- Minsie
- Tingkuluak (Tengkuluk)
- Lambak atau Sarung
- Salempang
- Dukuah (Kalung)
- Galang (Gelang)
- Palaminan
Penjelasan Baju Adat Sumatera Barat :
Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut “Limpapeh Rumah nan gadang”. Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari, seperti dikatakan “Lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain bilalangnyo”. Adapun Limpapeh rumah nan gadang ini bisa terdiri dari :
Baju bertabur maksudnya naju yang ditaburi dengan benang emas. Tabur emas ini maksudnya kekayaan alam Minangkabau. Pakaian bertabur dengan benang emas bermacam-macam ragam mempunyai makna bercorak ragamannya masyarakat Minangkabau namun masih tetap dalam wadah adat Minangkabau.
Minsie adalah bis tepi dari baju yang diberi benang emas. Pengertian minsie ini untuk menunjukkan bahwa demokrasi Minangkabau luas sekali, namun berada dalam batas-batas tertentu di lingkungan alur dan patut.
Tengkuluk merupakan hiasan kepala perempuan yang berbentuk runcing dan bercabang. Pengertiannya adalah Limpapeh Rumah Nan Gadang di Minangkabau tidak boleh menjunjung beban atau beban yang berat.
Sarung wanitapun bermacam ragam, ada yang lajur ada yang bersongket dan ada yang berikat. Sarung untuk menutup bagian tertentu sehingga sopan dan tertib dipandang mata. Tentang susunannya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi suatu daerah. Oleh karena itu ada yang berbelah di belakang, ada yang dimuka dan ada yang disusun dibelakang.
Salempang adalah untuk menunjukkan tanggung jawab seorang Limpapeh Rumah Nan Gadang terhadap anak cucunya dan waspada terhadap segala sesuatu, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Kalung yang dipakai oleh Limpapeh Rumah Nan Gadang tiap nagari dan Luhak di Minangkabau bermacam-macam. Ada yang disebut kalung perada, daraham, cekik leher, kaban, manik pualam dan dukuh panyiaram. Dukuh melambangkan bahwa seorang Limpapeh selalu dalam lingkaran kebenaran, seperti dukuh yang melingkar di leher. Dukuh juga melambangkan suatu pendirian yang kokoh dan sulit untuk berubah atas kebenaran. Hal ini dikemukakan “dikisabak dukuah dilihia, dipaliang bak cincin di jari”.
Terhadap gelang ini dikiaskan “Nak cincin galanglah buliah”(ingin cincin gelang yang dapat)”. Maksudnya rezeki yang diperoleh lebih dari yang diingini. Gelang adalah perhiasan yang melingkari tangan dan tangan dipergunakan untuk menjangkau dan mengerjakan sesuatu. Terhadap gelang ini diibaratkan bahwa semuanya itu ada batasnya. Terlampau jangkau tersangkut oleh gelang. Maksudnya dalam mengerjakan sesuatu harus disesuaikan dengan batas kemampuan. Menurut ragamnya gelang ini ada yang disebut “galang bapahek, galang ula, kunci maiek, galang rago-rago, galang basa”.
b. Pakaian Adat Tradisional Pria Sumatera Barat
Pakaian adat pria Sumatera Barat disebut dengan pakaian penghulu. Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat. Pakaian penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari :- Destar
- Baju
- Sarawa
- Sasampiang (Sesamping)
- Cawek (Ikat Pinggang)
- Sandang
- Keris
- Tungkek (Tongkat)
Destar
Deta atau Destar adalah tutup kepala atau sebagai perhiasan kepala tutup kepala bila dilihat pada bentuknya terbagi pula atas beberapa bahagian sesuai dengan sipemakai, daerah dan kedudukannya.Baju
Baju penghulu berwarna hitam sebagai lambang kepemimpinan. Hitam tahan tapo, putiah tahan sasah (hitam tahan tempa, putih tahan cuci).Sarawa
Ungkapan adat mengenai sarawa ini mengatakan “basarawa hitan gadang kaki, kapanuruik alue nan luruih, kapanampuah jalan pasa dalam kampung, koto jo nagari, langkah salasai jo ukuran (bercelana hitam besar kaki, kepenurut alur yang lurus, kepenempuh jalan yang pasar dalam kampung, koto dan nagari langkah selesai dengan ukuran). Celana penghulu yang besar ukuran kakinya mempunyai pengertian bahwa kebesarannya dalam memenuhi segala panggilan dan yang patut dituruti dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai seorang pemangku adat. Kebesarannya itu hanya dibatasi oleh salah satu martabat penghulu, yaitu murah dan mahal, dengan pengertian murah dan mahal hatinya serta perbuatannya pada yang berpatutan.Sasampiang (Sesamping)
Sasampiang adalah selembar kain yang dipakai seperti pada pakaian baju teluk belanga. Warna kain sesampiang biasanya berwarna merah yang menyatakan seorang penghulu berani.Cawek (Ikat Pinggang)
Cawek yang berarti ikat pinggang. Cawek penghulu dalam pakaian adat ialah dari kain dan ada kalanya kain sutera. Panjang dan lebarnya harus sebanding atau lima banding satu hasta dan ujungnya pakai jumbai dan hiasan pucuk rebung. Arti yang terkandung dari cawek ini dapat disimpulkan bahwa seorang penghulu harus cakap dan sanggup mengikat anak kemenakan secara halus dan dengan tenang mendapatkan akal budinya.Sandang
Sesudah memakai destar dan baju, celana serta sesamping maak dibahu disandang pula sehelai kain yang bersegi empat. Kain segi empat inilah yang disebut sandang. Kain segi empat yang disandang ini dalam kata-kata simbolisnya dikatakan “sandang pahapuih paluah di kaniang, pambungkuih nan tingga bajapuik”, pangampuang nan tacicie babinjek”. Pengertiannya adalah bahwa seorang penghulu siap menerima anak kemenakan yang telah kembali dari keingkarannya dan tunduk kepada kebenaran menurut adat. Begitu juga segala ketinggalan ditiap-tiap bidang moril maupun materil selalu dijemput atau dicukupkan menurut semestinya.Keris
Penghulu bersenjatakan keris yang tersisip di pinggang. Orang yang tidak penghulu, tidak dibenarkan memakai keris; kecuali menyimpannya.Tungkek (Tongkat)
Tongkat juga merupakan kelengkapan pakaian seorang penghulu.Dan berikut beberapa gambar busana dan pakaian adat dari Sumatera Barat :
Selengkapnya : http://www.tradisikita.my.id/2015/03/gambar-nama-pakaian-adat-sumatera-barat.html#ixzz41AudI7uG
Follow us: @kangdede on Twitter | dede.mahmud on Facebook
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIMwGvOhSiSU76wjB_76erl4dpvhORfFpK7cve6b6rG5uofMsBp-imQN0TlqBgief1aBOz1MiIPZLIhGGh3EAQAdn0VIHxXSB7NqxwnvrGByeJyKr2ke5k6nndH_9QcbFuPVAyUDPn8lg0/s1600/Pakaian-Panghulu-minangkabau-pakaian-adat-minangkbau-pakaian-adat-sumatera-barat.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar